Namun, Inggris segera kembali menguasai Malaya setelah Jepang menyerah. Rencana penyatuan itu pun gagal. Ibrahim Yaacob akhirnya meninggalkan Malaya dan menetap di Jakarta, hidup sebagai pendukung gagasan persatuan Nusantara hingga akhir hayatnya.
Tahun 1963: Konfrontasi Indonesia–Malaysia
Ketika Federasi Malaysia dibentuk tahun 1963, Soekarno menentang keras. Menurutnya, Malaysia adalah proyek “neo-kolonialisme Inggris” di Asia Tenggara. Soekarno lebih menginginkan Sabah, Sarawak, dan Malaya menjadi negara merdeka sendiri atau bergabung dengan Indonesia, bukan membentuk federasi baru di bawah pengaruh Inggris.
Hal ini memicu Konfrontasi Indonesia–Malaysia (1963–1966). Namun pada akhirnya, Malaysia berdiri kokoh sebagai negara berdaulat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kesimpulan
Secara historis, memang ada catatan bahwa sebagian tokoh Malaya pernah ingin bergabung dengan Indonesia, terutama melalui perjuangan Ibrahim Yaacob dan Kesatuan Melayu Muda pada 1945. Akan tetapi, mayoritas elit politik Malaya memilih jalur berbeda, yaitu merdeka sendiri dan kemudian membentuk Federasi Malaysia pada 1963.
Meski akhirnya tidak bersatu dalam satu negara, Indonesia dan Malaysia tetap memiliki hubungan yang sangat dekat sebagai bangsa serumpun.
Referensi
- Mohammad Redzuan Othman, Ibrahim Yaacob dan Kesatuan Melayu Muda (Dewan Bahasa dan Pustaka, 1992).
- Harry J. Benda, The Crescent and the Rising Sun (The Hague, 1958).
- Ricklefs, M.C., A History of Modern Indonesia since c. 1200 (Stanford University Press, 2001).
Halaman : 1 2